PENYULUH AGAMA ISLAM GAYO

Kelahiran Nabi Muhammad SAW merupakan Nikmat terbesar dalam kehidupan ini. firman Allah Swt: وذ كرهم بأيام الله “Dan ingatkanlah mereka kepada hari-hari Allah”. (Qs. Ibrahim [14]: 5). Imam an-Nasa’i, Abdullah bin Ahmad dalam Zawâ’id al-Musnad, al-Baihaqi dalam Syu’ab al-Îmân dari Ubai bin Ka’ab meriwayatkan dari Rasulullah Saw bahwa Rasulullah Saw menafsirkan kalimat Ayyâmillah sebagai nikmat-nikmat dan karunia Allah Swt. Dengan demikian maka makna ayat ini: “Dan ingatkanlah mereka kepada nikmat-nikmat dan karunia Allah”. Dan kelahiran nabi Muhammad Saw adalah nikmat dan karunia terbesar yang mesti diingat dan disyukuri. Nikmat yang terbesar dalam kehidupan ini adalah di utusnya Nabi SAW, kepermukaan bumi ini. Rasulullah sebagai Rahmat dan hadiah bagi umat manusia dan alam semesta. Sebagaimana dalam QS Al Anbiya ayat 107 Allah SWT berfirman, {وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلا رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ} Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk menjadi rahmat bagi semesta alam. (Al-Anbiya:

Anwar Razu, M. Pd Dahulu kala ada seorang laki-laki dari kaum Bani Israil, Ia adalah seorang yang sangat jahat. Ia telah membunuh 99 orang dan terakhir melengkapi dengan 100 orang. Ia membunuh seorang ahli ibadah.  Berikut kisah nya. Seorang lelaki (dari kaum Bani Israil) yang membunuh sembilan puluh sembilan orang, kemudian melengkapi pembunuhannya dengan orang yang keseratus, yaitu seorang ahli ibadah (karena ketika ia bertanya tentang jalan tobat, maka si ahli ibadah mengatakan bahwa pintu tobat telah tertutup baginya).  Kemudian ia bertanya kepada seorang yang alim, "Apakah masih ada tobat bagiku?" Orang alim menjawab,  "Tiada yang menghalang-halangi antara kamu dan tobat,"  hal ini diungkapkannya dengan nada balik bertanya. Kemudian orang alim itu menyarankan agar ia berpindah tempat dari negerinya menuju negeri lain yang di negeri tersebut penduduknya menyembah Allah. Ketika lelaki itu berangkat meninggalkan negerinya untuk berhijrah ke negeri lain tersebut, d

  ANWAR, M. Pd Bersama RRI PROGRAM KULTUM RAMADHAN 1443 H/ 2022 M 1.         Sarana Tarbiyah Ruhiyyah atau Pembinaan Sepiritual Puasa mendidik manusia dalam beriabadah kepada Allah SWT. Setiap ibadah yang diperintahkan oleh Allah SWT selain perintah kewajiban ibadah tersebut juga merupakan jalan untuk membersihkan jiwa dari hal-hal yang melumuri jiwa. Ruhiyyah diciptakan oleh Allah SWT bukan dari benda maka makanannyapun buka dari benda. Ruhiyyah itu makanannya adalah Ibadah dan ketaatan kepada Allah SWT. Seperti Shalat, Zakat, Dzikir dan ibadah lainnya. Ketika seorang hamba berdzikir kepada Allah SWT. Maka makanannya akan terpenuhi sehingga ia akan mendapatkan ketenangan jiwa. ketenangan jiwa atau muthmainnah akan membawa pada peribadi yang berakhlak mulia. Kemulian akhlak tersebut merupakan manifestasi dari khulwatul iman atau kelezatan iman.   2.         Sarana Tarbiyah Khuluqiyyah atau Pembinaan Akhlak Puasa mendidik manusia supaya memiliki akhlak yang mulia. Sabar,

Kajian Rutin Kamis YAMUDA Bersama DR. ABDIANSYAH LINGE,MA Bekerja dan beramallah dengan baik. Setiap amal yang kita kerjakan akan dikumpulkan. Amal baik akan memberikan keuntungan sementara amal buruk akan membawa pada kehancuran dan kerugian. Seorang Guru memiliki amal dan amalnya adalah Mendidik dan mengajar. Ketika guru mengajar dan mendidik maka dapat dipastikan itu adalah amalan yang sangat mulia. Amalan mulia ini tentu harus ditopang oleh Ruhiyah yang baik serta tambahan pengetahuan dari sumber bacaan lainnya. Karena apabila Ruhiyah guru tidak diisi dengan baik. maka Seorang guru telah ketinggalan dan tersaingi oleh Google.  Zaman telah banyak merubah tatanan kehidupan. Teknologi hari ini telah mampu memberikan semua keinginan manusia. Ketika seorang anak sedang ujian ia bingung tentang jawabannya. Si anak dengan mudahnya dapat mencari di internet semua jawabannya. Alhasil semua jawaban ada keluar. Namun, ada yang tidak mampu diajarkan oleh Internet (google) yaitu Nilai dan Rasa

SUPAYA ANAK MENJADI SHOLEH DAN SHOLEHAH SESUAI AJARAN NABI DAN AL-QUR’AN Anwar Razu, M. Pd 21 07 2022 Sejak dini seharusnya anak sudah dididik dengan baik oleh orang tua. Dari rumah, anak sudah diajarkan akidah, akhlak, dan berbagai kewajiban ibadah. Pendidikan sebenarnya bukan hanya dituntut dari sekolah. Mendidik anak sudah semestinya dimulai dari lingkungan keluarga. Lihat contoh para salaf dan tuntunan Islam dalam hal ini. Dalam  Al Mawsu’ah Al Fiqhiyyah  (13: 11) disebutkan, “Bapak dan ibu serta seorang wali dari anak hendaknya sudah mengajarkan sejak dini hal-hal yang diperlukan anak ketika ia baligh nanti. Hendaklah anak sudah diajarkan akidah yang benar mengenai keimanan kepada Allah, malaikat, Al Qur’an, Rasul dan hari akhir. Begitu pula hendaknya anak diajarkan ibadah yang benar. Anak semestinya diarahkan untuk mengerti shalat, puasa, th a har a h (bersuci) dan semacamnya.” Perintah yang disebutkan di atas adalah pengamalan dari sabda Rasul  shallallahu ‘alaihi wa sa