Berhati-Hati Menggunakan Fasiltas Negara untuk Kepentingan Pribadi.
Kisah Tauladan Khalifah Umar Bin Abdul Aziz
Anwar,  M.  Pd.


Khalifah Umar Bin Abdul Aziz masih satu nasab dengan Khalifah kedua, Umar bin Khattab dari garis ibu. Zaman pemerintahannya berhasil memulihkan keadaan negaranya dan mengkondisikan negaranya seperti saat 4 khalifah pertama (Khulafaur Rasyidin) memerintah. Kebijakannya dan kesederhanaan hidupnya pun tak kalah dengan 4 khalifah pertama itu. Gajinya selama menjadi khalifah hanya 2 dirham perhari atau 60 dirham perbulan. Karena itu banyak ahli sejarah menjuluki beliau dengan Khulafaur Rasyidin ke-5. Khalifah Umar ini hanya memerintah selama tiga tahun kurang sedikit.
dalam memerintah, Umar bin Abdul Aziz sangatllah bertanggung jawab dengan jabatannya. Beliau menolak kendaraan dinas dan memilih menggunakan kendaraannya sendiri. Sesaat setelah diangkat menjadi khalifah, para pengawal datang mengantarkan kendaraan khusus kekhalifahan. Umar berkata: “Bawalah kendaraan ini ke pasar, dan juallah. Hasilnya disimpan di Baitul Maal. Saya cukup menggunakan kendaraan sendiri.” Baitul Maal adalah lembaga zakat tempat menyimpan harta negara yang kemudian digunakan untuk keperluan rakyat.
Umar amat berhati-hati menggunakan uang negara, bahkan ia memilih untuk tidak menggunakannya sama sekali. Hidupnya sangat sederhana, meskipun telah menjadi pemimpin negara. Sebelum diangkat menjadi Khalifah, kekayaannya berjumlah 40 ribu dinar. Setelah wafat, kekayaannya justru berkurang sehingga hanya menjadi 400 dinar. Bandingkan dengan para pejabat kita yang justru bertambah banyak sekali kekayaannya setelah menjabat sebagai pemimpin atau wakil rakyat. Seakan tak cukup gaji yang diambil dari pajak rakyat, masih juga mengkorupsi uang rakyat.
Diantara Kisah umar bin Abdul Aziz adalah sebagai berikut.
1. Umar Bin Abdul Aziz tidak menggunakan Fasilitas Negara untuk Keluarga.

Saat Umar bin Abdul Aziz malam itu didatangi putranya, langsung ditanya "Untuk urusan apa wahai anakku engkau datang ke sini? Urusan negara ataukah keluarga?"
"Urusan keluarga Ayahanda," jawab putranya. Umar spontan mematikan lampu penerang di atas mejanya. Selanjutnya, Umar meminta pembantunya mengambil lampu dari ruang dalam.
"Nah sekarang lampu yang kita nyalakan ini adalah milik keluarga kita, minyaknya pun dibeli dengan uang kita sendiri. Silakan putraku memulai pembicaraan dengan Ayah."
2. Kisah Umar Bin Abdul Aziz dan Kalung Emas


Bersumber dari kehidupan Umar bin Abdul Aziz, seperti diceritakan Buya HAMKA dalam Tafsir al-Azhar, pada zaman pemerintahannya ada seorang pengawas baitul mal yang menghadiahkan kalung emas kepada anak perempuan khalifah.
Beberapa waktu kemudian, Khalifah Umar melihat putrinya sedang menenteng kalung emas tadi, yang belum pernah dilihatnya sebelumnya. "Dari mana engkau mendapatkannya? tanya Umar bin Abdul Aziz kepada buah hatinya itu. Putrinya menjawab bahwa kalung emas itu diperolehnya dari pemberian penjaga baitul mal.
Oleh karena merasa tidak ada yang salah, dibawalah benda indah itu ke rumah. "Takutlah kau wahai anakku tercinta bahwa engkau kelak akan datang ke hadapan pengadilan Allah dengan barang yang kau curangi ini dan akan kuselidiki dengan saksama, tegas sang khalifah,"sembari mengingatkan kepada anaknya itu Alquran surah Ali Imran ayat 161 (Tidaklah ada seorang nabi pun berlaku curang.
Dan barangsiapa berlaku curang (ghulul), maka akan datanglah dia dengan barang yang dicuranginya itu pada Hari Kiamat. Kemudian, setiap diri akan diberi pembalasan tentang apa yang dia kerjakan dengan (pembalasan) setimpal, sedangkan mereka tidak akan dianiaya.).
Maka dikembalikanlah kalung emas tersebut ke baitul mal. Sebagai pejabat negara, Umar bin Abdul Aziz berprinsip sangat hati-hati (wara') dalam menggunakan fasilitas negara.
3. Umar bin Abdul Aziz mematikan Lilin Fasilitas Negara.


Suatu malam, datang seorang utusan gubernur suatu daerah ke kediaman Umar bin Abdul Aziz yang kala itu menjabat sebagai Amirul Mukminin. Umar menanyakan soal keadaan penduduk  daerah tersebut, kepemimpinan gubernurnya, fakir miskin, harga-harga, dan segala yang berhubungan dengan daerah yang didiami sang utusan gubernur, yang lalu dijawab oleh utusan gubernur itu tanpa ada yang disembunyikan. Selanjutnya, ganti si utusan gubernur yang bertanya kepada Umar, bagaimana keadaan Umar dan keluarganya. Sebelum menjawab, Umar menyuruh pelayannya untuk mengganti lilin yang digunakan sebagai penerang ruangan, dengan lilin lain yang  lebih kecil. Si utusan gubernur kebingungan. Umar pun menjawab kebingungan itu. Bahwasanya, lilin kecil yang digunakannya itu adalah miliknya sendiri, sedangkan lilin besar yang baru saja dimatikan adalah milik negara. Pertanyaan yang diajukan oleh utusan gubernur itu tidak ada kaitannya dengan negara, maka Umar mematikan lilin negara dan menggantinya dengan lilin miliknya sendiri.
dari kisah di atas, jelas Umar bin Abdul Aziz tak mau menggunakan fasilitas negara untuk kepentingan pribadinya dan keluarganya.  Kendatipun pemberian cuma-cuma dari pejabatnya. Bahkan,  fasilitas negara tidak dia dipergunakan untuk kepentingan pribadi dan keluarga walau hanya lilin kecil.  sikap seperti inilah yang harus diteladani oleh kita semua.
Saat ini dinegeri kita bahkan terjadi penyalahgunaan kekuasaan.  Apabila,  Pemerintah menggunakan fasilitas negeara untuk kepentingan pribadi. Hal ini adalah sesuatu yang harus dicermati oleh setiap orang.  Bahkan apabila mencalonkan diri kembali menggunakan fasilitas negara untuk meraih kemenangan maka ini adalah kebathilan. Semoga kisah umar bin abdul aziz dapat kita cermati dalam kehidupan kita.
Bila artikel ini bermanfaat silahkan di share.

Comments

Popular posts from this blog

Jadwal Pelaksana (Khatib dan Imam)Hari Raya Idul Fitri 1445 H seluruh Kec. Pegasing.

DO'A DAN SYARAT PENYEMBELIHAN HEWAN QURBAN

PEMBINAAN PAIH KEMENAG ACEH TENGAH